Hidrosefalus berasal dari
kata hidro yang berarti air
dan chepalon yang berarti
kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara
aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi
CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi
dan absorpsi dari CSS.
Secara keseluruhan,
insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati 1 : 1000. sedangkan insiden
hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang berbeda.
Hershey BL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital
yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus tampak setelah
umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena kongenital. Mujahid Anwar dkk
mendapatkan 40 – 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4
mengalami hidrosefalus. Pongsakdi Visudiphan dkk pada penelitiannya mendapatkan
36 dari 49 anak-anak dengan meningitis TB mengalami hidrosefalus, dengan 3
catatan 8 anak dengan hidrosefalus obstruktif dan 26 anak dengan hidrosefalus
komunikans. Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis bakteri
dapat dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi daripada
anak-anak. Berdasarkan catatan medik di bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP
Denpasar dari tahun 1991 s/d Desember 1993 telah dirawat 21 penderita
hidrosefalus dimana 4 diantaranya adalah hidrosefalus congenital.
2.1 Anatomi dan Fisiologi
|

Secara anatomi, di dalam ruang tengkorak, selain terdapat jaringan otak, juga terdapat struktur pembuluh darah dan cairan otak. Cairan otak terletak di dalam ruang khusus yang disebut sebagai ventrikel dan diproduksi oleh sel-sel dalam ventrikel yang dikenal sebagai pleksus khoroideus (Prasetyo, 2010).
Jumlah produksi cairan tersebut pada manusia adalah 0,35 mililiter (ml) setiap menit atau 500 ml sehari. Cairan itu secara teratur diproduksi dan mengalir dari ventrikel satu ke yang lain, ke luar di sekitar otak, rongga sumsum tulang belakang kemudian di serap ke pembuluh darah balik. Sirkulasi, produksi, dan penyerapan cairan otak pertama kali diteliti oleh Cotugno pada tahun 1764 (Hariudin, 2008).
Dengan adanya cairan otak yang berada di dalam dan di sekitar jaringan otak dan sumsum tulang belakang, maka organ-organ ini seolah-olah terendam dalam air, sehingga bila ada benturan dengan benda keras, cairan otak berfungsi sebagai bantalan yang akan mengurangi pengaruh gaya dari luar. Cairan otak mengandung protein dan bahan makanan lain yang dibutuhkan untuk nutrisi maupun aktivitas otak secara normal. Bahan-bahan yang tidak berguna akan larut daslam cairan otak dan dibuang ke dalam sistem aliran darah.
Fungsi cairan otak yang pertama
adalah dapat bertindak sebagai shock absorber, yakni mengurangi efek trauma
dari luar. Yang kedua cairan otak sebagai buoyancy yang membuat otak terapung
sehingga dapat mengurangi beban otak dari 1.400 gram menjadi 50 gram. Hal itu
penting untuk mengurangi penekanan atau geseran dasar otak dengan permukaan
dasar ruang tengkorak yang tidak rata. Berikutnya, cairan otak berfungsi
seperti air kencing, yakni membuang produk sisa, termasuk obat-obatan yang
berbahaya. Terakhir, cairan otak pula menjadi media transportasi hormon-hormon
dan nutrisi yang diperlukan oleh sel-sel otak (Prasetyo, 2010).
Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus,
yaitu bangunan bangunan dimana CSS berada.
Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.
1. Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon.
Kedua ventrikel lateralis berhubungan denga ventrikel III (ventrikel tertius)
melalui foramen interventrikularis (Monro).
2. Ventrikel III
(Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya
dibentuk oleh thalamus dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus. Recessus
opticus dan infundibularis menonjol ke anterior, dan recessus suprapinealis dan
recessus pinealis ke arah kaudal. Ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV
melalui suatu lubang kecil, yaitu aquaductus
Sylvii (aquaductus cerebri).
3. Ventrikel IV
(Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa
rhomboidea antara cerebellum dan medulla serta membentang sepanjang recessus
lateralis pada kedua sisi. Masing-masing recessus berakhir pada foramen
Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medullare anterior
terdapat apertura mediana Magendie.
4. Kanalis sentralis
medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang
memanjang sepanjang korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas,
melanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia membuka ke dalam ventrikel IV.
2.2 Definisi Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah jenis
penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital (Prasetyo, 2010).
Menurut WHO, Hidrosefalus
adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005). Pelebaran ventrikuler
ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan
otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito et all, 2007:328).
2.3
Epidemiologi Hidrosefalus
Insidensi hidrosefalus
antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah
0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis
aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis
kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua
umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.
Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50%
karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor
fossa posterior (Darsono, 2005).
2.4
Klasifikasi Hidrosefalus
Hidrosefalus dapat
diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1. Berdasarkan Anatomi / tempat
obstruksi CSS
Hidrosefalus tipe
obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak
terganggu (Gangguan di
dalam atau pada sistem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS
dalam sistem ventrikel otak), yang
kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis 8
akuaduktus Sylvius (menyebabkan
dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel
IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus
adalah sindrom Dandy-Walker,
Atresia foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan.
Radang (Eksudat, infeksi meningeal).
Perdarahan/trauma
(hematoma subdural). Tumor
dalam sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa
posterior).
Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi
karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan (Gangguan di luar system
ventrikel).
- Perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu menimbulkan blokade villi arachnoid.
- Radang meningeal
- Kongenital :
- Perlekatan
arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
- Gangguan pembentukan
villi arachnoid
- Papilloma plexus
choroideus
2. Berdasarkan
Etiologinya :
A. Tipe obstruksi
a. Kongenital
a.1.Stenosis akuaduktus
serebri
Mempunyai berbagai
penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau perdarahan selama kehidupan
fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German
measles, X-linked hidrosefalus).
a.2.Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan
2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya tidak diketahui. Malformasi
ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia vermis serebelum.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel
IV dan rongga subarachnoid yang tidak adekuat; dan hal ini dapat tampil pada
saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus
semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus
kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
a.3.Malformasi
Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang
jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak dan cerebelum mengalami perpanjangan
dari ukuran normal dan menonjol keluar menuju canalis spinalis
a.4.Aneurisma vena
Galeni
Kerusakan vaskuler yang
terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak dapat dideteksi sampai anak
berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena
vena Galen mengalir di atas
akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong aneurisma. Seringkali
menyebabkan hidrosefalus.
a.5.Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana
hemisfer otak tidak adadan diganti dengan kantong CSS.
b. Didapat (Acquired)
b.1.Stenosis akuaduktus
serebri (setelah infeksi atau
perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput (meningen) di sekitar
otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari
infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui
akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi
arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis
meliputi demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk.
Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan muntah dan
kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis tinggi.
b.2.Herniasi tentorial
akibat tumor supratentorial
b.3.Hematoma
intraventrikuler
Jika cukup berat dapat
mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir dalam jaringan otak sekitar
dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan hidrosefalus berkembang
sisebabkan oleh penyumbatan atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.
b.4.Tumor (ventrikel,
regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak
dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70% tumor ini terjadi dibagian belakang
otak yang disebut fosa
posterior. Jenis lain dari tumor otakyang
dapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus (termasuk papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di bagian
belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari
ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati hidrosefalus yang
berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
b.5.Abses/granuloma
b.6.Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak
atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista arachnoid maka kantung
berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran arachnoid. Kista biasanya
ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau pada ruang
subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan hidrosefalus non komunikans
dengan cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan
lokasi kista, dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding kista dan
mengeringkan cairan kista. Jika kista
terdapat pada tempat yang
tidak dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk
mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan
kista dan melindungi batang otak.
3. Berdasarkan Usia
Hidrosefalus tipe
kongenital / infantil ( bayi )
Hidrosefalus tipe
juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
Selain pembagian
berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis Hidrosefalus Tekanan Normal ; sesuai konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk tanda dan
gejala peninggian TIK, seperti kepala yang besar dengan penonjolan fontanel.
Akhir-akhir ini, dilaporkan temuan klinis hidrosefalus yang tidak bersamaan
dengan peninggian TIK. Seseorang bisa didiagnosa mengalami hidrosefalus tekanan
normal jika ventrikel otaknya mengalami pembesaran, tetapi hanya sedikit atau
tidak ada peningkatan tekanan dalam ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien
usia lanjut, dan sebagian besar disebabkan aliran CSS yang terganggu dan
compliance otak yang tidak normal.
Pada dewasa dapat timbul
“hidrosefalus tekanan normal”
akibat dari :
a).Perdarahan
subarachnoid,
b).Meningitis,
c).Trauma
kepala, dan
d).Idiopathic.
Dengan trias gejala :
a).gangguan
mental (dementia),
b).gangguan
koordinasi (ataksia),
c).gangguan
kencing (inkontinentia urin)
2.5 Etilogi
Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi bila
terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam
ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Ropper,
2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi
yang abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik
sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat
pada bayi dan anak ialah :
1) Kelainan Bawaan (Kongenital)
a. Stenosis akuaduktus Sylvii
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Sindrom Dandy-Walker
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
2) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis
terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
3) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
2.6 Patogenesa Hidrosefalus
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus
khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan
arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor
serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem
eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun
100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml.
Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005). Aliran CSS
normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III,
dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV
dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui
sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan
resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito et all, 2007)
Hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat
dari tiga mekanisme yaitu :
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan
intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung
berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi
sebagai akibat dari :
1. Kompresi sistem serebrovaskuler.
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau
cairan ekstraseluler
3. Perubahan mekanis dari otak.
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5. Hilangnya jaringan otak.
6.Pembesaran volume tengkorak
karena regangan abnormal suture kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor
pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus
hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan
resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua
konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan
volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial
sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap
tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena
ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005)
2.7 Manifestasi Klinis Hidrosefalus
Manifestasi klinis lain
antara lain ialah ubun-ubun besar bayi akan melebar dan menonjol, pembuluh
darah di kulit kepala makin jelas, gangguan sensorik-motorik, gangguan
penglihatan (buta), gerakkan bola mata terganggu (juling), terjadi penurunan
aktivitas mental yang progresif, bayi rewel, kejang, muntah-muntah, panas badan
yang sulit dikendalikan, dan akhirnya gangguan pada fungsi vital akibat
peninggian tekanan dalam ruang tengkorak yang berupa pernapasan lambat, denyut
nadi turun dan naiknya tekanan darah sistolik (Prasetya, 2010). Menurut Gionani
(2009), Gejala klinis hidrosefalus adalah :
- Kepala membesar, fontanel antrior menonjol.
- Vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis.
- Terdapat bunyi creckedpot (tanda Macewen).
- Mata melihat kebawah, mudah terstimulasi, lemah dan kemampuan makan berkurang.
- Opisthotonus, dan spatik pada ekstremitas bawah.
- Pada bayi dengan malformasi Ac, bayi mengalami kesulitan menelan.
- Bunyi napas stridor.
- Kesulitan bernapas.
- Apnea, dan tidak ada refleks muntah.
- Sakit kepala, papil edema.
- Strabismus, ataxia, letargi, bingung, dan bicara inkoheren.
2.8 Diagnosa Banding
Higroma
subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat pencairan hematom
subdural
Hematom
subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
Emfiema
subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
Hidranensefali
; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang yang
normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
Tumor otak
Kepala besar
o Megaloensefali : jaringan otak bertambah
o Makrosefali : gangguan tulang
Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting
bagi pakar neuro ( saraf ) dan bedah neuro untuk menentukan prognosis dan
terapetik.
Komplikasi
hidrosefalus :
- Atrofi otak
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.
2.9 Penatalaksanaan Hidrosefalus
Terapi
medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi
evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus
khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang
tidak gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah sarf tidak
ada.
Obat yang sering digunakan
adalah:
Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Dewasa
Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200
mg/hari
Furosemid
Cara pemberian dan dosis;
Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari Bila tidak ada
perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan
untuk operasi.
Lumbal pungsi berulang
(serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal
berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum diketahui
secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara
intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih
mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada
hidrosefalus komunikan terutama pada hidrosefalus yang terjadi setelah
perdarahan subarakhnoid, periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan
juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau
kemungkinan akan terjadi herniasi (impending herniation)
Cara:
a. LP dikerjakan dengan
memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan
mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
b. LP dihentikan jika
aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap LP CSS
dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan
setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari).
d. Dilakukan evaluasi
dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.
e. LP dihentikan jika
ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3 minggu berturut-turut.
f. Tindakan ini dianggap
gagal jika :
Dilatasi ventrikel
menetap
Cortical mantel makin
tipis
Pada lokasi lumbal punksi
terjadi sikatriks
Dilatasi ventrikel yang
progresif
Komplikasi : herniasi
transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan gangguan elektrolit.
Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung
dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang menunggu
operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang
diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
Untuk menunjang dan melengkapi diagnosis, diperlukan pemeriksaan tambahan
mulai dari yang sederhana, seperti foto polos kepala dan disusul dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan sonografi menjadi data minimal
untuk menilai pelebaran ventrikel dan ketebalan jaringan otak. Jika ketebalan kurang
dari 2 cm, maka dinilai tindakan bedah tidak bermanfaat lagi. Sedangkan
pencitraan yang mampu melihat detail ruang tengkorak dan jaringan otak, dipilih
pemeriksaan computerized tomography scan (CT scan) atau magnetic resonance
imaging (MRI) karena dapat mendeteksi struktur anatomi otak, dan penyebab
hidrosefalus, misalnya tumor dalam rongga ventrikel yang semua itu berkaitan
dengan strategi penanganan hidrosefalus (Prasetya, 2010).
Penanganan hidrosefalus adalah life saving and life sustaining" yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
penderita. Tindakan bedah pada hidrosefalus sesungguhnya telah dirintis sejak
beberapa abad yang silam oleh Ferguson pada tahun 1898 berupa membuat shunt
atau pintasan untuk mengalirkan cairan otak di ruang tengkorak yang tersumbat
ke tempat lain dengan menggunakan alat sejenis kateter berdiameter kecil.
Cara mekanik ini terus berkembang, seperti Matson (1951) menciptakan
pintasan dari rongga ventrikel ke saluran kencing (ventrikulo ureter),
Ransohoff (1954) mengembangkan pintasan dari rongga ventrikel ke rongga dada
(ventrikulo-pleural). Selanjutnya, Holter (1952), Scott (1955), dan Anthony J
Raimondi (1972) memperkenalkan pintasan ke arah ruang jantung atria
(ventrikulo-atrial) dan ke rongga perut (ventrikulo-peritoneal) yang alirannya
searah dengan menggunakan katup pengaman.
Teknologi pintasan terus berkembang dengan ditemukan bahan-bahan yang
inert seperti silikon yang sebelumnya menggunakan bahan polietilen. Hal itu
penting karena selang pintasan itu ditanam di jaringan otak, kulit, dan rongga
perut dalam waktu yang lama bahkan seumur hidup penderita sehingga perlu
dihindarkan efek reaksi penolakan oleh tubuh. Produk selang pintasan kini
semakin canggih, contoh ada yang dilengkapi dengan klep sehingga dapat diatur
tekanan aliran cairan otak, ada juga dilapisi dengan bahan antibakteri dan ada
campuran materi khusus sehingga selang lebih awet, lentur, dan tidak mudah
putus.
Tindakan bedah pemasangan selang pintasan dilakukan setelah diagnosis
dilengkapi dan indikasi serta syarat dipenuhi. Tindakan dilakukan terhadap
penderita yang telah dibius total, ada sayatan kecil di daerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak yang selanjutnya selang
pintasan ventrikel di pasang, disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah
perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan rongga perut antara
kedua ujung selang tersebut dihubungkan dengan sebuah selang pintasan yang
ditanam di bawah kulit sehingga tidak terlihat dari luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar